Senin, 12 Desember 2011

Titik Cerah di Padang Gulita Gelisah

     Aku terpuruk dihempaskan putus asa yang geram dan kejam. Kemalasan berperangai menawan mengikat ku di kerangkeng kelalaian yang menjerumuskan. Aku mengendus tanah berwarna coklat pekat, alas dunia yang merayu dan memberatkan tubuhku dengan gravitasi berkali lipat yang menarik agar aku kesusahan untuk tegakan raga yang lengket dengan keringat penyesalan. Air asin beraroma asam yang membuat gelisah dan menghadang rasa segar dari alam biru yang hendak menyadarkan ku.

     Hari berganti hari ku habiskan untuk duduk di kursi super empuk yang genius, mampu membuat tubuhku menjadi cebol atau melayang-layang, berputar penuh lingkaran, sandaran punggung yang lehernya diciptakan dengan penerapan teori pegas, naik turun (sungguh menidurkan semangat). Menatap kaku ke layar bergambar jutaan fleksibilitas rekaan teknisi-teknisi Texas yang bekerja siang dan malam di Round Rock. Jemari menari-nari dengan ribuan hentakan di seratus kotak kecil yang identik satu sama lain. Ribuan kata dan angka-angka, beribu arti beribu makna.

     Banyak hal terlupakan karena pikiran disumpal dengan kesibukan yang menyulitkan, padahal terkadang  hati haruslah melapangkan keihlasan atas rutinitas yang mengikat atau serasa gunung everest yang menindih (sesak dan berat). Masa depan seindah istana pasir di angan-angan terus saja melambai-lambai mengajak dan menunggu untuk segera dipijak. Lelah, membingungkan, "Yang mana yang harus aku utamakan".

     Di suatu malam yang berbisik rendah, dewi malam yang hangat dan mesra membelah november yang biasanya penuh dengan gemericik hujan yang dijatuhkan dari langit tanpa keraguan. Sayup-sayup ku dengar kata hati malam hari yang sunyi, namun berenergi, mataku saja seakan diganjal batang korek api, tidak mau terpejam. Aku mengajak beberapa otot di tubuhku untuk duduk dan membuka sebuah arti kehidupan, perlahan aku membaca jilid yang tebal dan membuat hati ini sejuk. Tertulis disana "A Letter From The God", sebutan yang sengaja aku tanamkan dalam hatiku untuk Mukjizat Tuhan terakhir yang masih terjaga hingga saat ini karena ke-Rahiman-Nya. Al-Qur'an bagiku dan kehidupanku, bagi seluruh makhluk dan kehidupan semesta.

     Aku langsung terilhami sebuah Firman yang diturunkan kepada Muhammad SAW untuk selalu berjuang dengan ikhlas dan tawaqal dalam kesungguhan. serentak tanganku (yang sering ku ajak melakukan yang tidak hak ini) mencari dan akhirnya menemukan. Tak ada ragu mulailah aku baca hingga akhir dan sesungguhnya aku hanyalah hamba yang tertunduk rapuh, kecil dan bukan apa-apa. Mulut bergetar menyadari apa yang ku lihat dan coba ku pahami di kedalaman hati.

------------------------------------------------------------


(In the name of Allah, the Most Gracious, the Most Merciful.)

Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
Yang memberatkan punggungmu.
Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

ALAM NASYRAH
(BUKANKAH KAMI TELAH MELAPANGKAN)
------------------------------------------------------------

     Maka lenyaplah keraguan atas apa yang dijanjikan Allah SWT, "Sesudah kesulitan itu ada kemudahan". Sungguh aku merasa menelanjangi diri sendiri atas segala dosa dan keraguan (penuh dengan putus asa dan keras kepala). Bagaimana aku berani dan bangga dengan kerendahan derajat yang selama ini aku kejar. Bekerja keras tanpa keikhlasan, penuh dengan siasat untuk memenangkan apapun yang berarti kosong, terkadang enggan berkata kebenaran hanya karena ketakutan yang menakut-nakuti (padahal itu hanya ketakutan yang belum jadi kenyataan yang mengerikan).

     Dengan kesungguhan aku menyadarkan dan bergumam mesra untuk kali pertama dengan kalbu, "Katakanlah sesungguhnya jalan yang baik itu akan membawa pada kebahagian dunia yang menenangkan". Maka mulailah kehidupan baru dengan kesemestaan seluruh jiwa dan raga menatap cerah, ku rangkai perlahan tugas-tugas keduniaan yang harus segera ku selesaikan agar aku tidaklah terperangkap terus-menerus. Dan memohon pertolongan agar jadwal-jadwal kebaikan yang sudah ku niatkan mampu menyalakan alarm pengingat yang berkekuatan untuk menyemangati hari-hari indah yang dihias kesucian, dijauhkan dari marabahaya dan kezaliman, karena setelah kesulitan itu ada kemudahan.

"Semoga kita selalu terjaga di dunia yang indah, akhirat yang abadi di singgasana kemuliaan"
Amiin....!



Terilhami oleh Al'Qur'an (sebuah surat cinta dari Tuhan)

1 komentar:

  1. subhanallah... nice post ichan...
    aku sukaaaa... nangis aku ketika membaca arti QS. Al-Insyirah. Memang begitulah hakikatnya manusia, rapuh! Membutuhkan pegangan, pedoman hidup, Al-Qur'an dan Sunnah. Tanpa itu, kita seolah terobang-ambing di Lautan lepas, tanpa tahu arah dan tujuan...

    Semoga kita termasuk orang2 yg istiqamah dalam mengkaji, membaca, mengaplikasian ayat2 cinta-Nya, aamiin :)

    Semangaaat ichaaan... Inna ma'al usri yosro...

    BalasHapus